WhatsApp Icon

Cara Membiasakan Perilaku Ikhlas: 8 Latihan Hati Setiap Hari

30/10/2025  |  Penulis: Humas

Bagikan:URL telah tercopy
Cara Membiasakan Perilaku Ikhlas: 8 Latihan Hati Setiap Hari

Cara Membiasakan Perilaku Ikhlas: 8 Latihan Hati Setiap Hari

Ikhlas adalah kunci utama diterimanya amal seorang hamba di sisi Allah. Setiap Muslim tentu ingin agar setiap ibadah, sedekah, dan amal kebaikannya bernilai di hadapan-Nya. Namun, sering kali hati manusia diuji dengan rasa ingin dipuji, dihargai, atau bahkan berharap balasan duniawi. Karena itu, penting bagi kita untuk memahami cara membiasakan perilaku ikhlas dalam kehidupan sehari-hari agar hati tetap lurus dan amal tidak sia-sia.

Dalam Islam, ikhlas berarti melakukan sesuatu semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dilihat orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menjadi pengingat bahwa niat adalah pondasi dari keikhlasan. Artikel ini akan membahas cara membiasakan perilaku ikhlas melalui delapan latihan hati yang bisa diterapkan setiap hari.


1. Menata Niat Sebelum Melakukan Segala Sesuatu

Langkah pertama dalam cara membiasakan perilaku ikhlas adalah menata niat sebelum melakukan aktivitas apapun. Setiap amal yang tidak diawali dengan niat karena Allah akan kehilangan nilainya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu membiasakan diri untuk berhenti sejenak dan bertanya dalam hati: “Untuk siapa aku melakukan ini?”

Dengan cara membiasakan perilaku ikhlas seperti ini, seorang Muslim akan lebih sadar bahwa semua perbuatan — bahkan yang kecil seperti tersenyum atau membantu orang lain — bisa bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah. Menata niat menjadi pondasi agar hati tidak mudah tergelincir oleh pujian atau pengakuan manusia.

Selain itu, menata niat sebelum beramal membuat seseorang lebih tenang dan fokus pada tujuan spiritualnya. Ketika niat sudah jelas, maka tekanan dari luar tidak akan memengaruhi semangatnya untuk berbuat baik. Cara membiasakan perilaku ikhlas melalui penataan niat ini juga bisa dilakukan dengan memperbanyak doa, seperti doa yang diajarkan Rasulullah SAW: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang aku tidak ketahui.”

Menata niat tidak hanya berlaku pada ibadah wajib seperti salat atau puasa, tetapi juga dalam pekerjaan, belajar, atau aktivitas sosial. Bila hati terbiasa menata niat, maka ikhlas akan tumbuh secara alami. Cara membiasakan perilaku ikhlas semacam ini perlu latihan terus-menerus agar menjadi karakter permanen dalam diri.


2. Tidak Mengharapkan Pujian dari Manusia

Salah satu rintangan terbesar dalam cara membiasakan perilaku ikhlas adalah keinginan untuk dipuji. Padahal, pujian sering kali menjadi racun yang perlahan menggerogoti hati. Orang yang beramal karena ingin mendapatkan pengakuan manusia akan kehilangan ketenangan batin, sebab ia selalu mengukur amalnya dengan pandangan orang lain.

Cara membiasakan perilaku ikhlas bisa dimulai dengan menanamkan kesadaran bahwa pujian manusia tidak membawa manfaat sedikit pun di hadapan Allah. Hanya penilaian Allah yang sejati. Bila seseorang menyadari hal ini, maka ia akan merasa cukup dengan ridha Allah sebagai satu-satunya tujuan.

Kita bisa melatih diri untuk tidak mengharap pujian dengan menyembunyikan sebagian amal kebaikan. Misalnya, bersedekah secara diam-diam atau membantu orang tanpa perlu menceritakannya. Dengan cara membiasakan perilaku ikhlas seperti ini, hati akan terbebas dari penyakit riya dan sum’ah (ingin didengar kebaikannya).

Selain itu, penting untuk memahami bahwa setiap pujian membawa tanggung jawab moral. Rasulullah SAW mengingatkan, “Apabila kamu mendengar saudaramu memuji seseorang, maka katakanlah: ‘Semoga Allah mengampunimu dan mengampuninya.’” Ini menunjukkan bahwa pujian seharusnya tidak membuat seseorang merasa lebih baik, tetapi justru menjadi pengingat untuk tetap rendah hati.

Ketika seseorang telah mampu menolak dorongan untuk mencari pengakuan dari orang lain, maka hatinya akan lebih ringan dalam beramal. Inilah inti dari cara membiasakan perilaku ikhlas: berbuat tanpa pamrih, semata karena Allah.


3. Membiasakan Diri Bersyukur, Bukan Mengeluh

Rasa syukur adalah pintu menuju keikhlasan. Orang yang bersyukur menerima segala keadaan dengan lapang dada, sementara orang yang suka mengeluh cenderung merasa tidak puas dengan takdir Allah. Maka, salah satu cara membiasakan perilaku ikhlas adalah dengan memperbanyak rasa syukur dalam setiap kondisi, baik suka maupun duka.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Ayat ini mengajarkan bahwa syukur bukan hanya ucapan, tapi sikap hati yang menerima ketentuan Allah dengan ridha.

Cara membiasakan perilaku ikhlas lewat rasa syukur bisa dimulai dari hal kecil — seperti mensyukuri kesehatan, waktu, atau kesempatan untuk berbuat baik. Dengan membiasakan diri mensyukuri nikmat, seseorang akan lebih mudah menerima ujian tanpa keluhan berlebihan. Ini melatih hati agar tetap ikhlas bahkan ketika menghadapi kesulitan.

Selain itu, syukur juga membantu seseorang memahami bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah. Maka ketika usaha belum membuahkan hasil, ia tidak kecewa berlebihan karena tahu Allah lebih tahu apa yang terbaik. Dengan begitu, cara membiasakan perilaku ikhlas menjadi lebih mudah diterapkan dalam keseharian.

Rasa syukur juga menenangkan jiwa. Orang yang ikhlas dan bersyukur akan selalu merasa cukup, tidak iri dengan pencapaian orang lain, dan tidak terjebak dalam keinginan duniawi yang tak ada habisnya.


4. Menerima Takdir dengan Lapang Dada

Setiap manusia pasti diuji dengan hal yang tidak diinginkan — kegagalan, kehilangan, atau musibah. Dalam situasi seperti ini, cara membiasakan perilaku ikhlas adalah dengan belajar menerima takdir Allah dengan hati terbuka. Menerima bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi memahami bahwa hasil akhirnya selalu di bawah kendali Allah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim). Hadis ini menjadi pedoman utama dalam cara membiasakan perilaku ikhlas dalam menghadapi segala ujian hidup.

Menerima takdir juga membantu seseorang untuk tidak menyalahkan orang lain atau keadaan. Ia memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah, dan di balik setiap peristiwa selalu ada hikmah. Dengan kesadaran ini, hati menjadi lebih tenang dan jauh dari keluh kesah.

Cara membiasakan perilaku ikhlas dalam hal ini juga bisa dilakukan dengan memperbanyak zikir dan doa. Saat hati gelisah karena cobaan, mengingat Allah dapat menumbuhkan ketenangan batin. Allah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Dengan berlatih menerima takdir secara sabar, seseorang akan belajar melihat kehidupan dengan pandangan spiritual. Ia tak lagi terjebak dalam rasa kecewa, tetapi melihat setiap ujian sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.


5. Melatih Hati dengan Ibadah Secara Konsisten

Ibadah adalah sarana utama dalam cara membiasakan perilaku ikhlas. Dengan salat, puasa, sedekah, dan membaca Al-Qur’an secara rutin, hati akan semakin terlatih untuk melakukan sesuatu semata karena Allah. Keikhlasan tumbuh seiring dengan kedekatan spiritual seorang hamba dengan Tuhannya.

Dalam praktiknya, ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan memperkuat niat dan membersihkan hati dari keinginan duniawi. Cara membiasakan perilaku ikhlas lewat ibadah adalah dengan melakukannya bukan karena kewajiban semata, tapi sebagai bentuk cinta kepada Allah.

Konsistensi sangat penting dalam hal ini. Bahkan amal kecil tapi rutin lebih dicintai Allah dibanding amal besar yang jarang dilakukan. Dengan membiasakan diri beribadah secara teratur, hati akan terlatih untuk fokus pada tujuan akhir: mencari ridha Allah.

Selain itu, ibadah juga menjadi sarana introspeksi diri. Saat sujud, misalnya, kita belajar merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta. Inilah latihan terbaik untuk menumbuhkan keikhlasan. Cara membiasakan perilaku ikhlas dalam ibadah ini tidak hanya memperkuat iman, tapi juga membentuk kepribadian yang sabar dan rendah hati.

Dengan demikian, semakin seseorang menjaga hubungan dengan Allah melalui ibadah, semakin mudah pula ia menjaga kemurnian niatnya dalam segala hal.


6. Menghindari Riya dan Pamer Amal

Riya adalah lawan dari ikhlas. Ia bisa menghapus nilai amal yang besar hanya karena niat ingin dipuji. Oleh sebab itu, salah satu cara membiasakan perilaku ikhlas adalah dengan terus waspada terhadap godaan riya dan belajar menyembunyikan amal kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.” (HR. Ahmad). Hadis ini menegaskan bahwa riya merupakan ancaman serius yang harus dihindari.

Cara membiasakan perilaku ikhlas bisa dilakukan dengan mengingat bahwa manusia tidak bisa memberikan pahala, hanya Allah yang mampu membalas amal dengan sempurna. Maka tidak ada gunanya memperlihatkan amal kepada orang lain.

Selain itu, seseorang perlu sering melakukan muhasabah — mengevaluasi niat sebelum dan sesudah beramal. Jika terasa ada dorongan untuk dipuji, segera perbaiki niat dengan istighfar dan doa agar Allah menjaga keikhlasan hati.

Dengan membiasakan diri untuk menahan diri dari pamer amal, seseorang akan merasakan kebahagiaan batin yang sejati, karena amal yang tersembunyi jauh lebih bernilai di sisi Allah.


7. Menjadikan Amal Kebaikan Sebagai Rutinitas

Cara membiasakan perilaku ikhlas selanjutnya adalah dengan menjadikan amal kebaikan sebagai kebiasaan sehari-hari. Bila kebaikan sudah menjadi rutinitas, maka seseorang akan melakukannya tanpa berpikir panjang dan tanpa pamrih.

Kebiasaan ini bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti menolong tetangga, menjaga kebersihan, memberi sedekah kecil, atau mengucapkan kata baik. Semakin sering dilakukan, semakin ringan hati dalam melaksanakannya. Dengan begitu, cara membiasakan perilaku ikhlas menjadi lebih mudah diterapkan karena perbuatan baik telah menjadi bagian dari diri.

Selain itu, melakukan kebaikan secara konsisten melatih hati agar tidak bergantung pada situasi atau imbalan. Orang yang terbiasa berbuat baik akan melakukannya meski tidak ada yang melihat. Ia tahu bahwa Allah selalu Maha Melihat.

Konsistensi dalam amal juga memperkuat karakter spiritual. Ia menjauhkan seseorang dari sifat malas, iri, dan egois. Maka, dengan cara membiasakan perilaku ikhlas melalui rutinitas kebaikan, seorang Muslim akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang dan bermanfaat bagi sesama.


8. Berdoa agar Diberi Hati yang Ikhlas

Langkah terakhir dalam cara membiasakan perilaku ikhlas adalah memohon kepada Allah agar diberi hati yang tulus. Sebab, ikhlas bukan sekadar hasil latihan, tapi juga karunia dari Allah. Hati manusia mudah berubah, maka perlu penjagaan dari-Nya.

Rasulullah SAW sendiri sering berdoa, “Ya Muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik” (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu). Doa ini menjadi pengingat bahwa keikhlasan adalah anugerah yang harus dijaga setiap saat.

Cara membiasakan perilaku ikhlas lewat doa adalah dengan rutin memohon keikhlasan dalam setiap ibadah. Dengan terus berdoa, hati akan lebih lembut dan mudah menerima nasihat.

Selain itu, doa juga menjadi bentuk pengakuan bahwa manusia tidak bisa menjaga niatnya sendiri tanpa pertolongan Allah. Maka, berdoalah dengan sungguh-sungguh agar hati dijauhkan dari penyakit riya, ujub, dan sombong.

Dengan menjadikan doa sebagai bagian dari latihan hati, seseorang akan terus disadarkan bahwa semua amal harus kembali kepada Allah. Inilah puncak dari cara membiasakan perilaku ikhlas: hati yang tenang karena menyerahkan segalanya hanya kepada-Nya.


Cara membiasakan perilaku ikhlas bukanlah proses instan, melainkan latihan hati yang terus dilakukan setiap hari. Dengan menata niat, bersyukur, menerima takdir, menjauhi riya, dan memperbanyak doa, seorang Muslim dapat melatih dirinya untuk beramal tanpa pamrih. Hati yang ikhlas akan melahirkan ketenangan, karena semua perbuatannya hanya tertuju kepada Allah SWT.

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa belajar dan berjuang dalam cara membiasakan perilaku ikhlas hingga akhir hayat.

Bagikan:URL telah tercopy
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat